Pengolahan jaringan irigasi muncul sebagai akibat dari beberapa hal antara lain :
- Pesatnya perkembangan penduduk dan industri (terutama di Jawa).
- Keseimbangan antara pengendalian dan pemanfaatan air menjadi terganggu.
- Ketersediaan air menurun, kebutuhan naik.
- Gangguan pada catchment area.
- Meningkatnya erosi (kandungan lumpur di sungai). Terjadi pendangkalan sehingga intake terganggu
- Peningkatan usaha intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman.
- Adanya dukungan penyedia air sesuai WARUNG JAMU (Waktu Ruang Jumlah dan Mutu)
Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya operasi pemeliharaan dan rehab jaringan irigasi yang memadai.
A. OPERASI
Operasi adalah kesatuan proses penyadapan air dari sumber air ke petak sawah serta pembuangan air yang berlebihan sehingga :
- Penggunaan air secara efektif dan efisien.
- Air yang tersedia dibagi adil dan merata
- Pemberian air secara WARUNG JAMU (Waktu Ruang Jumlah dan Mutu)
Adapun kegiatan operasi mencakup beberapa hal antara lain
1. Pengumpulan data (Tugas dinas SDA / Irigasi kabupaten / kota, Provinsi balai wilayah sungai)
Data yang dikumpulan antara lain :
- Data hidrologi (φ yang tersedia)
- Data klimatologi (Kebutuhan air tanam)
- Data jenis tanaman, macam dan areal
2. Penyediaan air irigasi (Tugas dinas SDA / Irigasi kabupaten / kota, Provinsi balai wilayah sungai, Komir)
Kegiatan penyediaan air irigasi antara lain :
- Penyediaan dan pengaturan air irigasi untuk tanaman yang bersumber dari air hujan maupun air irigasi yang berasal dari mata air, sungai, waduk, maupun air tanah.
- Rencana tahunan pada setiap daerah irigasi disiapkan oleh dinas kabupaten / provinsi / wilayah yang diusulkan oleh petani. Pembahasan dan kesepakatan rencana tahunan penyediaan air di komir.
3. Menyusun Rencana Tata Tanam (Tugas Komir) Partisipasi P3A / GP3A
- Masalah lahan yang akan di tanami.
- Tanggal dimulainya pemberi air irigasi.
- Pembagian golongan tanam.
- Jumlah golongan dalam satu daerah irigasi
- Tanggal mulai masa pengelolaan tanah dalam setiap golongan.
- Luas tanam padi gadu.
- Luas tanam polowijo & tebu.
- Adanya peran aktif dan partisipasi P3A / GP3A.
- Tersedia data debit andalan (Dinas SDA / Bidang SDA)
4. Menyusun Sistem Golongan (Tugas Dinas SDA / Bidang SDA, Komir) Partisipasi P3A / GP3A
- φ kecil
- Daerah irigasi dibagi 3 – 5 bagian / golongan.
- Pembagian air pada awal berjarak 10 – 15 hari
5. Rencana Pembagian Air (Tugas dinas SDA / Irigasi / Kabupaten / Kota / Provinsi, Balai PSDA / WS)
- Rencana tahunan pembagian air disusun oleh dinas / bidang SDA atau usulan P3A / GP3A
- Penetapan oleh bupati / walikota / gubernur dan oleh pusat bila lintas provinsi atau strategis
6. Pemberian air irigasi (Tugas dinas irigasi provinsi / Kabupaten / kota, Balai wilayah sungai)
- Kebutuhan air irigasi yang diperlukan
- Kesepakatan dengan P3AApabila :φ tersedia > 70 % tersedia maka kelebihan masuk ke saluran pembuangan.φ tersedia < 70 %, dan > 50 % rencana maka pembagian air dengan rotasi sekunder A 3 hari dan sekunder B 3 hari berikutnya atau petak tersier 1,2,3,4 genap 3 hari, ganjil 3 hari berikutnya.
- Cara pemberian air intermitten maka melalui waduk, pompa dengan 1 minggu operasi, 1 minggu tutup
7. Membuka dan menutup pintu (Tugas Dinas SDA Kab/Kota/ Prov, Balai WS)
- Pintu intake / bendung
- Pintu bangunan bagi di saluran primer / sekunder
8. Kalibrasi (Tugas dinas SDA Kabupaten / Kota / Provinsi, Balai WS)
Pengecekan kebenaran φ pada intake / bendung dan bangunan bagi dengan alat current meter atau pelampung.
9. MONEV (Tugas dinas SDA Kabupaten / kota / Provinsi, Balai WS)
Perencanaan operasi yang ada meliputi ketersediaan air, waktu pembagian air, tata tanam, dan sistem golongan.
B. PEMELIHARAAN
1. Kegiatan Pemeliharaan
- Pengaman / Pencegahan
- Pemeliharaan rutin
- Pemeliharaan berkala
- Pemeliharaan darurat
2. Pengamanan Jaringan Irigasi
- Mencegah kerusakan jaringan irigasi yang diakibatkan oleh hewan, manusia, daya rusak alam.
- Pengamanan terhadap bangunan bagi / pelengkap serta bangunan ukur.
- Pengamanan terhadap garis sempadan, memasang tanda larangan, membuang sampah di saluran / bangunan, memasang portal / pada jalan inspeksi.
3. Pemeliharaan Berkala
- Mengecat pintu air.
- Menggali endapan lumpur.
- Memperbaiki sayap dan tembok saluran.
- Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan bagi.
- Meninggikan tanggul saluran.
- Mengganti pintu air yang rusak.
- Perbaikan akibat bencana alam secara permanen.
4. Pemeliharaan Darurat
Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengrusakan / penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll).
5. REHABILITASI
Apabila fungsi ≤ 60 % maka terjadi kerusakan ± 40 %
C. KEWENANGAN PENGELOLAAN IRIGASI
1. Pusat
Lintas provinsi, strategis, lintas negara, areal ≥ 3000 Ha
2. Provinsi
- Lintas provinsi, strategis, lintas negara, areal > 1000 Ha ≤ 3000 Ha
- Tugas pembantuan dari pusat
3. Kabupaten / Kota
- Untuk kabupaten areal ≤ 1000 Ha
- Tugas pembantuan dari provinsi atau pusat
4. Pemerintah Desa
Dibangun oleh desa
5. P3A / GP3A
Tinjauan tersier, bila ikut ke sekunder dilaksanakan oleh GP3A.
6. Badan Usaha, Badan Sosial dan Perorangan
Bertanggung jawab atas pengelolaan jaringan irigasi yang dimiliki.
D. PERMASALAHAN PENGOLAHAN IRIGASI
1. Prasarana Fisik
- Kondisi inventarisasi
- OP jaringan dilaksanakan dengan baik?
2. Fasiltas Penunjang
* Peralatan Pemeliharaan
Pemeliharaan dilaksanakan diborongkan atau swakelola, apakah peralatannya cukup memadai (alat berat, pengerukan, buldozer, dll).
* Pengangkutan / Mobilitas
Alat angkut untuk kegiatan OP sangat minim, sepeda motor, kendaraan roda 4 (pick up), baik untuk cabang dinas, juru, mantri.
* Kantor dan Peralatan
Fasilitas kantor dan peralatan sangat kurang memadai (komputer, printer, meja dan peralatan kantor, dll)
* Peralatan Komunikasi
Pencatatan debit, curah hujan, radio komunikasi belum memadai
* Rumah Jaga
- Jarang difungsikan karena jauh dari bendung
- Belum dibuat
* Gudang
Penyimpanan shote balok, bahan banjir, bronjong.
* Organisasi dan Personalia O & P
- Organisasi belum sesuai dengan refedinasi KPI.
- SDM kurang baik di kualitas dan kuantitas.
* Sumber air dan pemanfaatannya
Debit tidak mencukupi (waduk, sungai, masa air, pompa)
* Masyarakat tani dengan P3A
- Pemilikan lahan kecil ± 0,3 Ha sulit untuk berkembang.
- Masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait (PEMDA, PU, DIPERTA)
* Dana Pengelolaan Irigasi
- AKNOP kurang berjalan.
- Dana rendah
Perencanaan Struktur Baja
Baja adalah suatu jenis bahan bangunan yang berdasarkan pertimbangan ekonomi,sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Oleh karena itu baja banyak dipakai sebagai bahan struktur, misalnya untuk rangka utama bangunan bertingkat sebagai kolom dan balok, sistem penyangga atap dengan bentangan panjang seperti gedung olahraga, hanggar, menara antena, jembatan, penahan tanah, fondasi tiang pancang, bangunan pelabuhan, struktur lepas pantai, dinding perkuatan pada reklamasi pantai, tangki-tangki minyak, pipa penyaluran minyak, air, atau gas.
Beberapa keunggulan baja sebagai bahan struktur dapat diuraikan sebagai berikut. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini terdistribusi secara merata. The Kozai Club (1983) menyatakan kekuatan baja bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil. Selain itu baja mempunyai sifat mudah dibentuk. Struktur dari baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang kembali, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk.
Fabrikasi struktur baja dapat dilakukan di bengkel-bengkel maupun pabrik dengan mesin-mesin yang cukup terkendali memakai komputer, sehingga akurasi dan kecepatan produksi yang baik dapat dicapai. Pengangkutan elemen-elemen struktur baja dari bengkel ke lokasi pembangunan mudah dilakukan. Sangat jarang dijumpai kerusakan elemen struktur baja sebagai akibat pengangkutan. Dua hal ini memberi keuntungan waktu pelaksanaan bangunan menjadi singkat. Waktu pelaksanaan yang singkat ini secara teknis sangat diperlukan dalam pembangunan struktur lepas pantai serta pelabuhan, sedang pada bangunan gedung yang komersial dari sudut pandang ekonomi cukup menguntungkan, karena bangunan yang dibuat dapat segera menghasilkan uang.
Penyambungan elemen struktur baja dapat dilakukan secara permanen memakai las, tanpa lubang-lubang perlemahan, sehinggga kekuatan sambungan tidak banyak berubahdari kekuatan batang aslinya. Sekalipun kalau ditinjau dari tegangan residu, sebagai akibat pendinginan yang tidak bersamaan serta pengerjaan secara dingin, sebenarnya pada baja tersebut timbul tegangan residu. Pekerjaan las yang kurang baik dapat mengakibatkan tegangan residu yang cukup besar yaitu sekitar 45% dari tegangan leleh baja. Hal ini berarti bahwa sebelum dibebani, elemen struktur sudah mempunyai tegangan, sehingga kemampuan untuk memikul beban menjadi berkurang.
Baja sebagai bahan struktur juga mempunyai beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan baja adalah kemungkinan terjadinya korosi, yang memperlemah struktur, mengurangi keindahan bangunan, dan memerlukan biaya perawatan cukup besar secara periodik. Matsushima dan Tamada (1989) menyatakan bahwa pemeliharaan jembatan dengan pengecatan setiap 5 tahun akan memakan biaya 10 persen dari harga bangunan. Hal iniberarti bahwa biaya 50 tahun pemeliharaan akan sama dengan biaya pembuatan jembatan baru.
Kekuatan baja sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur tinggi kekuatan baja sangat rendah, sehingga pada saat terjadi kebakaran bangunan dapat runtuh sekalipun tegangan yang terjadi hanya rendah. Kendala berikutnya, karena kekuatan baja sangat tinggi maka banyak dijumpai batang – batang struktur yang langsing. Oleh karena itu bahaya tekuk (buckling) mudah terjadi.
No comments:
Post a Comment